Teater Rakyat Khas Kabupaten Natuna Dewa Mendu Menikah Dengan Putri Siti Mahdewi, Ini Cerita Hadisun

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan kabupaten Natuna, Hadisun (ist) 

Keprinews.com, 
Natuna-Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan kabupaten Natuna, Hadisun menceritakan bahwa kesenian Mendu merupakan salah satu teater rakyat khas Kabupaten Natuna, sejak tahun 1870 yang mengisahkan tentang seorang pahlawan Melayu mirip Panji dan petualangannya dengan saudaranya Angkaran Dewa di bumi. 

Saat di konfirmasi oleh media ini diruang kerjanya bertempat di Gedung Musium. Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Senin 13/01/2025. Pukul 15.00. Soreh.

Kedua bersaudara ini dihadapkan pada tantangan demi tantangan baik dalam pertempuran fisik maupun kontek mistis, setelah dilemparkan ke salah satu lautan dalam bumi oleh para dewa dari atas.

Setelah melintasi bumi jauh dan luas agar dapat memastikan kemakmuran di antara tanah yang mereka kuasai dan juga sebagai Sultan Melayu.

"Mereka akhirnya meninggalkan dunia manusia dan kembali ke tanah kelahiran dewa.,"Hadisun.

Akhir dari cerita selanjudnya, Dewa Medu tersebut bertemunya dengan seorang wanita yang sangat cantik yang bernama Siti Mahadewi dan kemudian menikah.

Mendu ditetapkan jadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bersama Kepri dan Kalimatan Barat (Kalbar).

Mendu adalah salah satu kesenian khas Kabupaten Natuna yang berawal dari Pulau Laut dan juga dikembangkan oleh orang kaya Maddun. 

Mendu berasal dari kata menghibur rindu atau hiburan rindu di kampung halaman dan kasih sekampung.

Hadisun juga mengatakan bahwa Mendu Natuna banyak dipentaskan pada tahun 1876 yang lalu dan hingga di tahun1942.

"Namun sempat dihentikan pada masa penjajahan Jepang setelah itu kesenian ini kembali lagi berkembang pada tahun 1980 di masa pemerintahan Indonesia.,"Terang Hadisun.

Hikayat Dewa Mendu merupakan cerita yang panjang. Bila keseluruhan cerita ini dipentaskan akan diperlukan waktu yang lama dan berhari-hari. 

Akan tetapi, seperti teater tradisional mendu dapat juga dipentaskan secara sepenggal-sepenggal atau per episode. Penonton tidak akan merasa kehilangan arah cerita karena mereka sudah sangat mengenal cerita tersebut.

"Masyarakat juga tidak bosan untuk menonton berulang-ulang karena setiap pementasan pasti akan berbeda.,"Terang Hadisun.

Perbedaan setiap penampilan itu terjadi karena para pemain atau aktor tidak ada bergantung kepada naskah. 

Karena mereka menghapal cerita dan memahami alur cerita untuk kemudian mementaskannya dengan cara spontan, tidak kaku, dan penuh improvisasi.

Nyanyian dan tarian yang diiringi tabuhan alat musik serta pengenalan pameran kesenian teater tesebut.

Cerita utama dalam teater diperoleh dari Hikayat Dewa Mendu dan dipentaskan secara berbabak. Penyampaian cerita menggunakan Bahasa Melayu Mendu dan Pesisir.

"Pusat kegiatan Mendu yaitu di Bunguran dan meluas ke Natuna, Anambas, Sungai Ulu, Pulau Tiga, Midai, dan Siantan serta di Tanjungpinang.,"Ucap Hadisun.

Namun tahun 2023 Pemerintah Daerah (Pemda) Natuna, bekersama dengan Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau, yang juga merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang kebahasaan, Agar dapat melati atau memberikan diklat terhadap anak-anak remaja dari tingkatan SMP, SMA dan Mahasiswa di Gedung Gasing Kepri.

Untuk dapat memahami dan memainkan kesenian dari Dewa Mendu yang akan di tampikan.

"Alhamdulilah selama pelatihan berjalan UPT dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang kebahasaan membuat vidio untuk dokumentasi yang akan diabadikan sebagai kesenian dari Kabupaten Natuna.,"Tutup Hadisun.

Inilah Cerita Mendu di Natuna bercerita tentang: Dewa Mendu dan saudaranya Angkaran.

Dewa yang dilempar ke laut oleh para dewa.

Pertemuan Dewa Mendu dengan Putri Siti Mahdewi yang dikutuk sihir.

Dewa Mendu berhasil membebaskan Putri Siti Mahdewi dari kutukan sihir.

Dewa Mendu dan Putri Siti Mahdewi menikah. (Ilham)

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA