Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (19/7), Kantor Inspektur Jendral EPA mengatakan lambatnya tanggapan badan itu membuat warga terlalu lama terpapar air yang tercemar timbal.
Air di Kota Flint tercemar sedikitnya selama 18 bulan setelah kota itu mengalihkan pasokan airnya dari sistem air Detroit ke Sungai Flint sebagai langkah penghematan.
Kota ini mengalihkan pasokan airnya pada 2014 tanpa memastikan bahwa air dari Sungai Flint telah tercemar bahan kimia anti-korosif, sebagaimana disyaratkan oleh aturan hukum. Bahan kimia itu merusak saluran air utama yang sudah sangat lama tua. Akibatnya, air minum menjadi berwarna cokelat karena kontaminasi zat besi dan membuat timbal dari pipa-pipa yang lebih kecil mencemari air yang disalurkan ke rumah-rumah.
Laporan itu tidak saja menyalahkan EPA, tetapi juga otorita negara bagian itu yang selama berbulan-bulan tidak mengabaikan keluhan warga Flint tentang air tersebut.
Tetapi laporan itu terutama menyalahkan EPA karena tidak bertindak lebih cepat untuk memastikan agar otorita negara bagian itu dan otorita lokal mematuhi Aturan Air Minum yang Aman, dan juga aturan-aturan pemerintah federal yang memandatkan pengujian timbal.
Secara keseluruhan hampir 100 ribu orang yang terpapar air yang sudah terkontaminasi itu. Para petugas kesehatan pemerintah federal Amerika juga mendapati bahwa anak-anak di Kota Flint memiliki kadar timbal yang secara signifikan sangat berbahaya dalam darah mereka.
Timbal dalam pasokan air dapat menimbulkan masalah kesehatan serius dan permanen, terutama pada anak-anak yang otak dan sistem syarafnya masih dalam tahap perkembangan.
Kota Flint kembali menggunakan sumber air semula pada Oktober 2015.[VOA]
sumber Voa